Takkan pernah
bosan mendengarkan suaranya dari ujung
telepon sana
“Baru
ku rasakan dunia asrama yang jauh dari orang tua dari teman-teman
yang telah ku kenal sebelumnya.Sekarang hanya menyisakan potongan
kenangan dari memori yang kuat”
Hari
pertamaku di asrama………
Tak
tau harus apa pada sore itu tak jelas untuk apa aku disini, melihat
teman-teman yang baru ku kenal beberapa jam yang lalu. Belum sempat
aku berbicara banyak dengan mereka, tapi sepertinya aku tau apa yang
mereka rasakan. Sama seperti aku. Malamnya kita berkenalan satu-satu
dia aula asrama, berkenalan dengan banyak teman baru dari penjuru
daerah di Indonesia. Bertemu dengan ustadzah-ustadzah yang baik dan
ramah, memang menyenangkan. Tapi awal ini memang sungguh berat, masih
melekat erat bayangan mereka didalam benakku . Berbicara sepatah dua
patah kata hanya untuk menghargai ustadzah, lalu kembali lagi duduk
terdiam berteman sepi, lebih asyik dengan pikiran yang tidak jelas
memikirkan apa. Entah mengapa aku ingin kembali lagi mengundur layar
waktu yang terlalu cepat berganti. Tapi kenyataannya waktu tidak akan
pernah mundur walau 1 detik. Menerima dengan lapang dada dan ikhlas ,
karena aku sudah memilih untuk berada disini. Cerita ini harus
berlanjut sampai aku lulus nanti amieeennn…..
Hari
kedua….,
Aku mulai membuka
diri mencoba bersapaan dengan teman sekamar yang mulai kusukai. Hari
itu aku sedikit agak tenang karena mereka semua baik dan ramah, aku
diajak mereka jalan-jalan mengelilingi kota jogja yang baru aku
tapaki 3 hari yang lalu. Di antara kami tidak ada yang tau jalan
karena kami sama-sama pendatang, tapi jangan khawatir sekarang kami
bukan anak Mts. Karena tidak perlu takut untuk menyakan jalan. Hari
kedua aku habiskan waktu untuk bercerita dengan mereka tentang daerah
masing-masing. Banyak hal yang kami bicarakan,dari tentang dimana
dulu mereka sekolah, teman-teman mereka yang lebih dulu mereka kenal,
tentang keluarga yang mereka cintai, sampai mengapa mereka bersekolah
disini. Awalnya semuanya terasa menari. Punya temen yang rumahnya
jauh diseberang laut sana dan dari penjuru daerah. Tapi malamnya aku
mulai teringat kembali, malam yang tidak seperti biasanya, walu
langit sama. Bintang-bintang malam yang setia menemani tidurku .
Walau bulan masih sama menjaga malam yang gelap menunggu matahari
pagi berganti berjaga, “Ooooh tidak air mata ini menetes lagi….”
Aku biarkan air mata inu mengalir membasahi pipi dan aku biarkan
kantung mata ku perlahan menutupi bola mataku.Terbawa
dalam alam mimpi
Hari
ketiga…,
Aku
cepat beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman.Telepon asrama
tak pernah sepi dari orang tersayang yang ingin bicara sekedar
menanyakan kabar anak tercintanya, melepas rindu walau hanya bisa
mendengarkan suaranya saja. Aku sangat antusias jika telepon
bordering.Ya kalian tau hanya satu telepon saja diasrama sedangkan
orang yang mau telepon berpulu-puluh orang dan satu lagi tidak boleh
bawa Hp.”Oooh tidak …,tenang ini bukan masalah yang besar …,”
Mungkin perasaan ku bisa terbaca oleh ibuku jadi pada saat yang
diinginkan ibuku telepon…., Mendengarkan tutur katanya dari ujung
telepon sana, menenangkanku dengan kata-kata yang lembut, di janjikan
hal-hal yang mengasikkan buatku. Takkan pernah bosan mendengarkan
suaranya dari ujung telepon sana. Banyak hal yang aku bicarakan
dengan ibuku masih asyik mendengarkan suaranya. Sebelumnya aku tak
pernah berpikir apalagi bermimpi untuk sekolah disini, aku tak yakin
aku betah dalam lingkungan seperti ini . Tapi…apa aku tega menolak
permintaan dua orang yang aku sayangi ayah
dan ibu. Setelah
aku piker kenapa juga aku harus sekolah di rumah sedangkan disini
lebih bagus. Kenapa juga aku harus berat hati toh ini semua nantinya
juga untuk bekal ku nanti. Tapi…. Ini semu tak semudah yang
kupikirkan ini jauh lebih sulit dari yang kupikirkan. Kenapa juga ini
sulit kalau aku tak mau coba untuk berusah. Seperti tidak ada orang
disini , aku bertanya dan menjawab sendiri membujuk dan menasehati
diri sendiri .
Sampai
pada hari senin,selasa,rabu wusshh….,langsung jumat, minggu pertama
tak membuatku berhasil betah di asrama.“Gapapa, masih awal ntar
lama-lama juga betah” itu yang dikatakn ibuku ketika aku mulai
mengeluh, mau ngomong apa lagi aku, tak sanggup aku melanjutkan yang
ingin kubicarakan. “ya mereka selalu mendorongku dari belakang agar
aku tetap melangkah maju”.
Tak ada orang tua,
teman yang menjadi segalanya buatku. Kita semakin akrab, disaat teman
menangis kita yang menghibur, disaat teman senang kita juga ikut
senang. Seperti tubuh saat tangan kanan terluka mata ikut menangis,
mulut merintih, anggota badan yang lain saling melindungi. Tapi
perselisihan memang tak jarang terjadi, tapi itulah yang membuat kita
semakin akrab. Mereka mencoba mengerti apa yang kurasakan, akupun
begitu, berbagi, bercerita, tertawa, sedih, kita rasakan sama-sama.
Seperti keluarga sendiri tinggal dirumah yang sama membuat kita tahu
satu sama lain. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, aku selalu
melihat mereka (mereka, mereka,mereka lagi…ampe bosen…hehehehe…)
Tapi masih tetap
saja ada rasa yang mengganjal yang sulit sekali ditepis. Rasa rindu
yng besar biar kusimpan saja sendiri dalam hati ini. Air mata yang
tak bisa menahan rindu biar menjadi kenangan yang indah. Aku masih
ingin mengembara ilmu diladang ilmu dan menggambil hasilnya diakhir
perjalanan kelak.
(Inas
Sany)
0 komentar:
Posting Komentar