"Your beliefs become your thoughts, Your thoughts become your words, Your words become your actions, Your actions become your habits, Your habits become your values, Your values become your destiny.”
― Mahatma Gandhi

Diary Pertamaku di Asrama

Selasa, 03 Januari 2012

 Takkan pernah bosan mendengarkan suaranya dari ujung telepon sana


Baru ku rasakan dunia asrama yang jauh dari orang tua dari teman-teman yang telah ku kenal sebelumnya.Sekarang hanya menyisakan potongan kenangan dari memori yang kuat”


Hari pertamaku di asrama………


Tak tau harus apa pada sore itu tak jelas untuk apa aku disini, melihat teman-teman yang baru ku kenal beberapa jam yang lalu. Belum sempat aku berbicara banyak dengan mereka, tapi sepertinya aku tau apa yang mereka rasakan. Sama seperti aku. Malamnya kita berkenalan satu-satu dia aula asrama, berkenalan dengan banyak teman baru dari penjuru daerah di Indonesia. Bertemu dengan ustadzah-ustadzah yang baik dan ramah, memang menyenangkan. Tapi awal ini memang sungguh berat, masih melekat erat bayangan mereka didalam benakku . Berbicara sepatah dua patah kata hanya untuk menghargai ustadzah, lalu kembali lagi duduk terdiam berteman sepi, lebih asyik dengan pikiran yang tidak jelas memikirkan apa. Entah mengapa aku ingin kembali lagi mengundur layar waktu yang terlalu cepat berganti. Tapi kenyataannya waktu tidak akan pernah mundur walau 1 detik. Menerima dengan lapang dada dan ikhlas , karena aku sudah memilih untuk berada disini. Cerita ini harus berlanjut sampai aku lulus nanti amieeennn…..


Hari kedua….,


Aku mulai membuka diri mencoba bersapaan dengan teman sekamar yang mulai kusukai. Hari itu aku sedikit agak tenang karena mereka semua baik dan ramah, aku diajak mereka jalan-jalan mengelilingi kota jogja yang baru aku tapaki 3 hari yang lalu. Di antara kami tidak ada yang tau jalan karena kami sama-sama pendatang, tapi jangan khawatir sekarang kami bukan anak Mts. Karena tidak perlu takut untuk menyakan jalan. Hari kedua aku habiskan waktu untuk bercerita dengan mereka tentang daerah masing-masing. Banyak hal yang kami bicarakan,dari tentang dimana dulu mereka sekolah, teman-teman mereka yang lebih dulu mereka kenal, tentang keluarga yang mereka cintai, sampai mengapa mereka bersekolah disini. Awalnya semuanya terasa menari. Punya temen yang rumahnya jauh diseberang laut sana dan dari penjuru daerah. Tapi malamnya aku mulai teringat kembali, malam yang tidak seperti biasanya, walu langit sama. Bintang-bintang malam yang setia menemani tidurku . Walau bulan masih sama menjaga malam yang gelap menunggu matahari pagi berganti berjaga, “Ooooh tidak air mata ini menetes lagi….” Aku biarkan air mata inu mengalir membasahi pipi dan aku biarkan kantung mata ku perlahan menutupi bola mataku.Terbawa dalam alam mimpi


Hari ketiga…,


Aku cepat beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman.Telepon asrama tak pernah sepi dari orang tersayang yang ingin bicara sekedar menanyakan kabar anak tercintanya, melepas rindu walau hanya bisa mendengarkan suaranya saja. Aku sangat antusias jika telepon bordering.Ya kalian tau hanya satu telepon saja diasrama sedangkan orang yang mau telepon berpulu-puluh orang dan satu lagi tidak boleh bawa Hp.”Oooh tidak …,tenang ini bukan masalah yang besar …,” Mungkin perasaan ku bisa terbaca oleh ibuku jadi pada saat yang diinginkan ibuku telepon…., Mendengarkan tutur katanya dari ujung telepon sana, menenangkanku dengan kata-kata yang lembut, di janjikan hal-hal yang mengasikkan buatku. Takkan pernah bosan mendengarkan suaranya dari ujung telepon sana. Banyak hal yang aku bicarakan dengan ibuku masih asyik mendengarkan suaranya. Sebelumnya aku tak pernah berpikir apalagi bermimpi untuk sekolah disini, aku tak yakin aku betah dalam lingkungan seperti ini . Tapi…apa aku tega menolak permintaan dua orang yang aku sayangi ayah dan ibu. Setelah aku piker kenapa juga aku harus sekolah di rumah sedangkan disini lebih bagus. Kenapa juga aku harus berat hati toh ini semua nantinya juga untuk bekal ku nanti. Tapi…. Ini semu tak semudah yang kupikirkan ini jauh lebih sulit dari yang kupikirkan. Kenapa juga ini sulit kalau aku tak mau coba untuk berusah. Seperti tidak ada orang disini , aku bertanya dan menjawab sendiri membujuk dan menasehati diri sendiri .


Sampai pada hari senin,selasa,rabu wusshh….,langsung jumat, minggu pertama tak membuatku berhasil betah di asrama.“Gapapa, masih awal ntar lama-lama juga betah” itu yang dikatakn ibuku ketika aku mulai mengeluh, mau ngomong apa lagi aku, tak sanggup aku melanjutkan yang ingin kubicarakan. “ya mereka selalu mendorongku dari belakang agar aku tetap melangkah maju”.


Tak ada orang tua, teman yang menjadi segalanya buatku. Kita semakin akrab, disaat teman menangis kita yang menghibur, disaat teman senang kita juga ikut senang. Seperti tubuh saat tangan kanan terluka mata ikut menangis, mulut merintih, anggota badan yang lain saling melindungi. Tapi perselisihan memang tak jarang terjadi, tapi itulah yang membuat kita semakin akrab. Mereka mencoba mengerti apa yang kurasakan, akupun begitu, berbagi, bercerita, tertawa, sedih, kita rasakan sama-sama. Seperti keluarga sendiri tinggal dirumah yang sama membuat kita tahu satu sama lain. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, aku selalu melihat mereka (mereka, mereka,mereka lagi…ampe bosen…hehehehe…)


Tapi masih tetap saja ada rasa yang mengganjal yang sulit sekali ditepis. Rasa rindu yng besar biar kusimpan saja sendiri dalam hati ini. Air mata yang tak bisa menahan rindu biar menjadi kenangan yang indah. Aku masih ingin mengembara ilmu diladang ilmu dan menggambil hasilnya diakhir perjalanan kelak.





(Inas Sany)

0 komentar: