"Your beliefs become your thoughts, Your thoughts become your words, Your words become your actions, Your actions become your habits, Your habits become your values, Your values become your destiny.”
― Mahatma Gandhi

curcol lagii,

Sabtu, 11 Januari 2014
Pagiii, pagi ini aku terpikir oleh kata-kata sendiri untuk berkomitmen pada suatu komunitasku. Melihat status mereka di dunia virtual, kembali menyadarkanku bahwa ada banak yang harus aku urus. Tapi disisi lain aku mulai ragu dengan komitmenku, aku takut aku tak bisa melakukannya walau aku terlihat orang yang kuat disana. Tapi sebenarnya aku tak lebih kuat dari mereka. Aku takut aku ga bisa jalani semua pekerjaan yang udah kita susun. Keraguan yang menghampiriku ini datang tanpa aku memintanya. Aku mohon pada saat yang sama agar aku tetap melanjutkan semua ini. Banyak yang ingin aku lakukan disana, berbagi, menggali ilmu menyamakan lagi tujuan kita. Sudah banyak cerita yang kalian berikan dalam catatan harianku, kalian itu seperti mata kuliah yang harus aku selesaikan untuk mendapatkan nilai. Tapi kalian lebih dari sebuah nilai, karena kalian tak bisa diukur dengan angka.

Memulai dan Memperjuangkannya

Sabtu, 04 Januari 2014
kenapa ketika aku mulai bersemangat, ada saja yang membuat aku menjadi down. dan alasan-alasan yang membuatku semakin menunda projectku. aku sendiri bertanya pada diriku, kapan kamu akan kembali seperti kamu yang dulu, yang semangat menulis dan mulai mewujudkan mimpi. Entah aku merasa aku adalah orang yang payah. Selalu mengalah pada nafsu dan selalu kalah. Seharusnya sekarang aku mulai janji pada diriku sendiri untuk selalu berusaha dan ga stop sama kemalas yang memang ia seperti ada di gendonganku. Merayuku dan meninabobokanku. Ketika aku sadar dengan sikapku yang tak berubah, kali ini aku akan menyadarkan diriku sendri, meloncati pagar yang memang harus aku loncati sedari duluu. Mungkin tulisan di blog ini ga penting. Tapibagi aku ini semua mempunyai nyawa karena aku yang menuliskannya dengan seluruh alam sadarku. Begitu kembali aku sadar aku harus memulai dan memperjuangkan lagi mimpi-mimpiku. Mimpi yang belum aku capai, aku tak mau menungggu tua untuk aku bisa mencapainya, kalau bisa diwujudkan sekarang kenapa harus besok.
Jumat, 16 Agustus 2013
assalamualaikum, haii, apa kabarrr??
udah lama niih aku ga nulis setelah abis puasa sama lebaran, tahun ini aku mempunya project yang cukup serius, karena itu termasuk satu dari beberapa daftar mimpiku. Setelah lama tidak menulis aku ingin melemaskan tangan dan mengaktifkan otakku, dengan membuat prakata ini.
Hari ini adalah hari ulangtahun negeriku Indonesia, aku tau indonesia tidak sedang baik-baik saja, sama halnya seperti mesir yang sekarng sedang perang dengan berbagai senjata, dan sangat terlihat bahwa mereka sednag berperang. Tapi negeriku indonesia berperang tanpa terlihat oleh mata kepala, ia akan terlihat saat kita melihatnya dengan mata hati kita. Indonesia negeriku, bagaimanapun kamu sekarang aku akan tetap bertumpah darah untukmu, jika sekarang aku tak bisa melakukan apapun aku yakin saat aku dewasa aku akan membawamu pada jalan yang benar. Indonesia negeriku, kita harus segera sadar bahwa negeri ini tak cukup hanya kata-kata saja yang mewakili tapi aksi kita.

#puisi360

Senin, 29 Juli 2013
                ketika duka bertahta
                nyaris lara yang berkuasa
                tak ada nada apalagi senandung
                yang kurasa hanya malam kelam
                entahlah,
                kini hati bergemuruh, penuh kesesakkan
                ada sengketa di dalam diriku,
                yang tertahan tak bisa kuredam
                bersandar pada puing-puing yang tersisa
                merasai hari yang mengekang dalam buaian,
                ini nyawa masih mencari kehidupan, harapan yang kan tiba

katakan saja #28

Minggu, 30 Juni 2013


 kapan kali aku bertemu denganmu
melihat tingkahmu
sungguh nyetrik
kamu yang apa adanya

senyummu
bak mawar yang merekah
tawamu
bak bisul yang baru pecah

indah memang jika mengingatnya
tapi kawan,
ada satu yang mengganjal dihatiku
mengapa?
mengapa?
sekarang kau jauh,
jauh benar dariku
ini bukan alasan jarakkan?

kawan teknologi sudah semakin canggih
mengapa kau tak mengabariku?
sekadar bertanya kabar? Kau tak menjawab
apa aku memiliki salah kawan?
ada apa gerangan
katakan saja
aku tidak akan marah


Satu Langka bag2 #27

Sabtu, 29 Juni 2013
Aku adalah seorang mahasiswi seni lukis, kalian mungkin bisa membayangkan aku, seorang anak seni lukis yang hobi bawa peralatan menlukisku kemana-mana, aku senang memakai pakaian kodok, menggunakan topi, rambutku panjang, eh walaupun aku anak kesenian tapi aku selalu rajin merawat rambutku, yaa.., paling tidak ada yang terawat, uupps. Beda dengan sahabatku, yaa dia adalah mahasiswi ekonomi, kami berbeda dalam banyak hal, contohnya, pakaian, aku tidak peduli orang berpikir bagaimana tentang pakaianku yang penting aku merasa nyaman. Dan Lili, dia mengenakan jilbab, sopan lemah lembut, dan tentu saja pakaiannya selalu rapi dan yang terpenting aromanya wangi.
            Tapi di luar semua perbedaan itu, kita adalah teman yang tak bisa terpisahkan, kita berteman sejak kita masuk SMA yang sama, walaupun aku adalah anak perantauan, yang lekat sekali dengan dunia kos, dan lili anak rumah yang patuh sekali dengan aturan orangtuanya.
            Dan hari itu kita berhasil menjual kue yang di buat Lili, aku tau ini pengalaman lili yang pertama bisa mendapatkan uang dengan jerih payahnya sendiri, sedang aku, aku sudah biasa mendapatkan uang dari hasil melukis.

 “rinai, hari ini kamu mau makan apa? Biar aku yang traktir, eitss, tapi jangan mahal-mahal ya, haha” wajah rinai terlihat begitu riang, senyumnya mengembang seperti adonan kue.

“mm, apa yaa? Mie ayam mas yudi aja” aku juga ikut menimpali dengan senyum yang sama dengan sahabatku,

“okke, siap boss” tangan lili merangkul bahuku, mengajakku untuk segera ke tempat tujuan, aku mengiyakannya dengan mengikuti arah tangan lili merangkulku,

“ makasih ya rinai, kamu udah bantu aku mempromosikan kue ku, ga tau dech, kalo ga ada kamu”

“ahaha, kamu ini kaya baru kenal aku aja, kalo ada yang bisa aku bantu kenapa ga aku bantu” aku sambil mencubit perut lili, tertawa dan berkata tidak masalah buatku.
 sesampai di tempat mie ayam mas yudi, lili langsung pesan, tentunya untuk dua orang, aku dan lili. Di warung kaki lima ini kami biasa nongkrong, bukan saja mienya yang murah tapi mie ayam mas yudi ga ada tandingannya, warung boleh kaki lima, rasanya bintang lima.

Satu Langkah #26

Jumat, 28 Juni 2013
“kuenya enak,” aku asik sekali menghabiskan kue yang di buat sahabatku  “iya, aku dapat resep dari majalah, trus iseng-iseng bikin”  lili senyum-senyum sendiri melihat sahabatnya dengan lahap memakan kue buatannya.
            Hujan di luar membuat suasana di dalam rumah semakin hangat, kehangatan yang dirasakaan oleh kedua sahabat ini, menikmati secangkir teh ditemani dengan kue beraroma coffe. Indah terasa indah saat kita terbuai dalam kehangatan lingkar sahabat, tawa dan canda khasnya membuat siapa saja betah berlama-lama dekat dengannya.
“lili, kapan-kapan buat yang banyak terus kita jualin dech” aku masih dengan posisi duduk dan memakan habis kue yang tersisa di piring. “iya, rinai, aku juga maunya gitu tapi lihat ntar dech, pelan-pelan rinai makannya” lili melihatku seperti orang yang tak pernah makan setahun. Yaa, maklumlah aku ini kan anak kos, dan lili anak rumah yang terjamin makan tiga kali sehari.
“jangan ntar ntar,keburu ada yang duluin loh, aku bakal bantuin kamu promosi di kampus dech, uhukk, uhuukk” aku buru-buru mengambil minum, karena makan sambil ngomong, aku jadi tersedak. “rinai makannya, ngomong tu makanan di mulut di habisin dulu, jadi kesedakkan” alis mata lili mulai mengkerut melihat aku tersedak.
                                                                        -ooo-

“kue, kue, boleh di buktikan keenakkannya” aku jalan kesana, jalan kesini, balik kesana, balik kesini, mondar mandir kayak setrika Cuma buat nawarin kue buatan sahabatku, lili.
“ini mas, mba, ga bakal nyesel ko” lili juga sama seperti aku sibuk menawari kue, tersenyum ramah, berkata bahwa kue ini tidak ada tandingannya, kue ini lebih enak daripada kue yang ada di hotel bintang lima, padahal kami juga tidak pernah makan kue yang ada di hotel bintang lima, anggap saja begitulah. Hari pertama kami berjualan kue yang lili buat ada 30 biji dan sisanya Cuma keranjangnya doang, artinya hari ini kami berhasil menjual habis kuenya. Lili senang sekali karena ia belum pernah mendapat uang sendiri dari hasil keringatnya, oiya tentunya keringat ku juga ikut menyumbang, aku juga ikut senang. Kami pulang dengan membawa senyum di wajah,uang ini adalah bukti bahwa kita bisa cari uang sendiri dengan bakat yang kita miliki. Ini baru awal kawan, di depan sana akan ada banyak hal yang dapat kita lakukan, dengan manfaat yang lebih besar pengaruhnya, baik untuk diri kita bahkan juga untuk orang lain.