"Your beliefs become your thoughts, Your thoughts become your words, Your words become your actions, Your actions become your habits, Your habits become your values, Your values become your destiny.”
― Mahatma Gandhi

Satu Langka bag2 #27

Sabtu, 29 Juni 2013
Aku adalah seorang mahasiswi seni lukis, kalian mungkin bisa membayangkan aku, seorang anak seni lukis yang hobi bawa peralatan menlukisku kemana-mana, aku senang memakai pakaian kodok, menggunakan topi, rambutku panjang, eh walaupun aku anak kesenian tapi aku selalu rajin merawat rambutku, yaa.., paling tidak ada yang terawat, uupps. Beda dengan sahabatku, yaa dia adalah mahasiswi ekonomi, kami berbeda dalam banyak hal, contohnya, pakaian, aku tidak peduli orang berpikir bagaimana tentang pakaianku yang penting aku merasa nyaman. Dan Lili, dia mengenakan jilbab, sopan lemah lembut, dan tentu saja pakaiannya selalu rapi dan yang terpenting aromanya wangi.
            Tapi di luar semua perbedaan itu, kita adalah teman yang tak bisa terpisahkan, kita berteman sejak kita masuk SMA yang sama, walaupun aku adalah anak perantauan, yang lekat sekali dengan dunia kos, dan lili anak rumah yang patuh sekali dengan aturan orangtuanya.
            Dan hari itu kita berhasil menjual kue yang di buat Lili, aku tau ini pengalaman lili yang pertama bisa mendapatkan uang dengan jerih payahnya sendiri, sedang aku, aku sudah biasa mendapatkan uang dari hasil melukis.

 “rinai, hari ini kamu mau makan apa? Biar aku yang traktir, eitss, tapi jangan mahal-mahal ya, haha” wajah rinai terlihat begitu riang, senyumnya mengembang seperti adonan kue.

“mm, apa yaa? Mie ayam mas yudi aja” aku juga ikut menimpali dengan senyum yang sama dengan sahabatku,

“okke, siap boss” tangan lili merangkul bahuku, mengajakku untuk segera ke tempat tujuan, aku mengiyakannya dengan mengikuti arah tangan lili merangkulku,

“ makasih ya rinai, kamu udah bantu aku mempromosikan kue ku, ga tau dech, kalo ga ada kamu”

“ahaha, kamu ini kaya baru kenal aku aja, kalo ada yang bisa aku bantu kenapa ga aku bantu” aku sambil mencubit perut lili, tertawa dan berkata tidak masalah buatku.
 sesampai di tempat mie ayam mas yudi, lili langsung pesan, tentunya untuk dua orang, aku dan lili. Di warung kaki lima ini kami biasa nongkrong, bukan saja mienya yang murah tapi mie ayam mas yudi ga ada tandingannya, warung boleh kaki lima, rasanya bintang lima.

0 komentar: