"Your beliefs become your thoughts, Your thoughts become your words, Your words become your actions, Your actions become your habits, Your habits become your values, Your values become your destiny.”
― Mahatma Gandhi

30HMC "Kini bungkam dalam catatan"

Minggu, 02 Juni 2013


Hari ini aku mendapat tugas dari mentoring bikin buku, tugasnya dalam 30 hari menulis cerita entah apa sajalah pokonya nulis minimal satu halaman aja. Okke maka dari itu aku akan memulai ceritaku di tanggal 2 juni 2013.
            Hari itu adalah masa penantianku selama tiga tahun aku duduk di MA.Menjadi orang perantauan yang datang ke kota orang tak tau apa-apa karena sesungguhnya ini adalah kemauan orangtua, ternyata pagi ini adalah hari wisudaku. Pagi-pagi buta aku sudah mandi karena apaa? Aku ga mau ngantri, maklum anak asrama. Sebagaimana mestinya seorang wanita yang akan dilihat banyak pasang mata, tentu kami merias wajah dengan make up yang wajar, tak perlu jauh jauh ke salon cukup dengan bakat yang terpendam wajah kita terlihat lebih cantik (kata orang). Baju pelepasan kami bukan seperti SMA kebanyakan yang mengenakan kebaya, tapi baju ini adalah pilhan kami dan kami titipkan di penjahit profesional (haha :D). Saat aku duduk di kursi wisuda aku merasa baru kemarin aku melihat kakak kelasku wisuda dan aku hanya duduk melihat menghayal tentang hari ini. Tapi hari ini aku benar-benar di wisuda, senang campur sedih seperti nanonano yang memainkan lidah. Ini memang takkan pernah sama saat aku diwisuda di kelulusanku di SD, bedanya saat aku tamat SD aku tak bingung mencari sekolah tapi saat aku lulus SMA (hey lo mo kuliah dimana?, apa mau nikah aja, ahh ga bener ni gue).
            Prosesi wisudaku berjalan dengan lancar, ada Pa Din yang memberikan sambutan sekaligus yang melepaskan kita sebagai alumni Madrassah Muallimaat. Aku sedih karena aku berpisah dengan kawan kawanku mereka sudah ku anggap sebagai keluarga yang saling membantu disaat kesulitan dan berbagi kebahagiaan saat bunga sedang mekar di hati. Kata pa Din pelepasan ini bukanlah akhir tapi justru awal yang akan terus menuju pada cita cita yang diinginkan. Kisah ini memang sungguh klasik, berpisah lalu kita akan menemukan tempat yang baru, menemukan yang baru lalu berpisah lagi begitulah seterusnya. Dan memang itulah sebuah proses yang akan terus membawa kita bukan hanya ridho orangtua tapi pada ridho Allah.
            Kenangan memang takkan pernah bisa lepas dari hati dan pikiranku, semunya terekam dan tersimpan rapi di memori kecilku. Teman-temanku adalah warna hidupku, tanpanya aku tak bisa melukis dan melihat pelangi setelah hujan ataupun badai yang menghampiri di sela hati yang sepi. Suka dan duka bak dadu yang terlempar, mereka bersisian tapi takkan pernah sama. Teman, trimakasih telah mengenalku dengan sangat baik sehingga kau mengerti apa yang kurasakan seperti status fbku “ Rasaku memang bukan Rasamu, tapi kita ada untuk berbagi rasa, terimakasih telah berbagi rasa selama tiga tahun ini”. Bersisian bukan berarti berdampingan tapi saling mendorong satu sama lain. continued

0 komentar: