“kerjaan
kantorku menumpuk lagi”
nafasnya
terasa berat melihat setumpuk pekerjaan yang belum ia selesaikan, secangkir
cokelat di tangannya ia taruh di atas meja dan kembali pada kursi kerjanya.
Mencoba berkompromi dengan situasi yang sedang ia hadapi. Hari ini adalah hari
ke 10 ia merintis usahanya, membuat perusahaan ayahnya kembali bersinar setelah
10 tahun ayahnya meninggal dunia dan mengabaikan perusahaan yang sempat menjadi
tranding topik. Perempuan yang akrab di panggil Ririn ini adalah anak pertama
dari 3 bersaudara, kini dia menjadi tulang punggung keluarganya, kedua adik
kembarnya yang sangat ia sayangi masih berusia 12 tahun. Ibunya tak pernah
memaksakan Ririn untuk bekerja keras, apalagi sampai terlalu malam, tapi Ririn
dengan jiwa sulungnya mengambil resiko itu. Ia rela begadang tiap malam demi
kedua adiknya dapat melanjutkan sekolah yang tinggi, ia tak mau melihat ibunya
terlalu capai banting tulang demi menghidupi asap di dapur. Cukup sepuluh tahun
ia membuang waktu untuk meratapi kepergian ayahnya, cukup untuk menimba ilmu
dengan
kecepatan
yang minimum, dan sudah cukup ibunya berkorban untuk memenuhi segala
kebutuhan,
sandang pangan, dan papan kehidupan mereka. setidaknya ia masih mempunyai
kebun
cacao walau sudah hampir tak terurus. Ia mengamati dan mencermati lagi
kertas-kertas kerjannya, di temani secangkir coklat panas , terlepas dari itu
masih ada semngat yang menggebu di dalam dadanya.
Malam
semakin larut, saat tengah malam datang ia sempatkan bersujud kepada Allah,
memohon dan meminta pertolongan dari yang Maha Kuasa. Karena ia tau bahwa tak
ada lagi tempat yang pantas untuk kita menggadu, meminta petunjuk dan di beri
ketabahan untuk mejalani setiap proses yang harus di lewati dalam hidup ini.
Usiannya masih 13 tahun saat ayahnya meninggal dunia, dan kedua adiknya berumur 2 tahun yang harus rela menerima suratan takdir ini. Ibunya begitu tegar menghadapi segala cobaan yang menimpa keluarganya, ibunya sadar bahwa setelah ini akan banyak cobaan di depan sana yang akan ia hadapi. Dulu saat kekayaan begitu melekat dengan keluarganya, mereka sungguh sangat di puja dan di puji, tapi sekarang mereka tu bahwa hidup ini bukan sekadar pujian tapi adalah ujian.
Usiannya masih 13 tahun saat ayahnya meninggal dunia, dan kedua adiknya berumur 2 tahun yang harus rela menerima suratan takdir ini. Ibunya begitu tegar menghadapi segala cobaan yang menimpa keluarganya, ibunya sadar bahwa setelah ini akan banyak cobaan di depan sana yang akan ia hadapi. Dulu saat kekayaan begitu melekat dengan keluarganya, mereka sungguh sangat di puja dan di puji, tapi sekarang mereka tu bahwa hidup ini bukan sekadar pujian tapi adalah ujian.
0 komentar:
Posting Komentar